Minggu, 25 September 2016

Hanya Ada Dua Kolam Air Soda di Dunia, Salah Satunya di Indonesia!

Hanya Ada Dua Kolam Air Soda di Dunia, Salah Satunya di Indonesia!

 

Sebelumnya kita orang indonesia, Khususnya orang BATAK TOBA patut berbangga karena kita memiliki alam indah yang telah dititipakan Tuhan kepada kita sejak dulu kala. Dan kita bisa menikmatinya sampai anak cucu kita :)

Pemandian Air Soda Tarutung adalah salah satu tempat wisata pemandian di Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Mata Air Soda Tarutung terletak di kaki bukit daerah Tarutung, di Desa Parbubu I, Kabupaten Tapanuli Utara. Mata air soda ini hanya berjarak satu kilometer dari pusat kota Tarutung. Pemandain Air Soda hanya ada dua dunia ini, yakni di Tarutung dan di Venezuela.







 


Sejarah Pemandian Air Soda Tarutung
Pemandian Air Soda yang ada di daerah Parbubu Tarutung adalah pemandian air soda satu-satunya yang ada di Indonesia. Pemandian ini sudah dikelola dan dikembangkan sejak tahun 1976 menjadi Objek Wisata, yang dikelola oleh Minar Sihite (Op. Ridoi Tobing/br Sihite).
Minar Shite adalah seorang bidan yang pulang ke kampang halaman di Tarutung. Tanpa diduga ibu tersebut berjalan ke lokasi air soda yang ditumbuhi semak belukar dan menemukan air soda di daerah tersebut.
Suatu waktu dia pernah bermimpi didatangi oleh Sahala Oppung yang mengatakan bahwa dia diberikan wasiat untuk mengembangkan tempat itu. Dengan mempersiapkan tujuh pohul itak (lampet) dibungkus daun pisang sebagai persembahan untuk permisi kepada pengisi alam saat itu.
Dengan usaha sendiri kala itu jadilah suatu tempat pemandian air soda yang ramai didatangi oleh pengunjung dan masyarakat sekitar. Tempat ini pernah efektif digunakan beberapa ketika tanggal 29 April 1989 di timpa longsor. Tanpa ada campur tangan dari pemerintah setempat untuk memperbaiki kerusakan saat itu. Dan dengan usaha sendiri ibu minar membangun kembali tempat tersebut. Meski banyak tantangan serta larangan dari pemerintah setempat mau pun dari masyarakat sekitar yang mengklaim itu adalah milik dari pemerintah serta milik warisan dari marga-marga, ibu Minar boru Sihite tetap mempertahankan serta mengembangkan tempat ini menjadi objek wisata yang terkenal dari Tapanuli Utara sampai saat ini.

 
 
 Jika berenang atau mandi di kolam air soda ini, kita harus berhati-hati agar tidak terkena mata. Karena jika terkena mata, mata akan terasa perih. Sama seperti ketumpahan soda, tubuh kita akan terasa ringan karena gelembung-gelembung soda. Namun jangan salah, air soda ini tidaklah lengket seperti minuman bersoda yang dijual di pasaran. Rasanya juga tidak manis, karena tidak ada kandungan gula. Tidak dipungut biaya yang besar untuk menikmati serunya sensasi berendam di kolam air soda Tarutung.
Kalau berkunjung ke Tarutung Sumatera Utara, kita tidak boleh melewatkan untuk berendam di kolam langka ini. Kita harus menempuh jarak sepanjang 200km dari Medan untuk mencapai tempat ini. Tapi jangan khawatir, karena rasa lelah akan terbayarkan dengan sejuknya udara Tarutung dan segarnya mandi di air soda.

Silahkan ajak keluarga kita ke tempat ini, dijamin asik :) Bluuurrrrrrrr....
Terimakasih.

Selasa, 20 September 2016

Ada KOTA BATAK di Benua EROPA

Jika kalian memasukkan kata kunci 'batak' pada mesin pencari Google, jangan heran jika kata itu tidak hanya merujuk pada jenis suku/etnis di Indonesia. Tetapi juga pada sebuah kota di Bulgaria, negara di tenggara Eropa.












Batak di Bulgaria/wikimedia.org


Terletak di Provinsi Pazardzhik, bagian selatan Bulgaria, Kota Batak memiliki penduduk sebanyak 3.498 jiwa pada 2009. Dalam Bahasa Indonesia, warga negara Bulgaria yang tinggal di Kota Batak juga disebut orang Batak (Батак).
Sama dengan kebanyakan suku Batak di Indonesia yang hidup di dataran tinggi Tapanuli, orang Batak di Bulgaria juga hidup di lereng-lereng Pegunungan Rhodope, dengan ketinggian 1.036 meter di atas permukaan air laut.
Karena sama-sama 'orang Gunung', lingkungan orang Batak di dua negara ini banyak dikelilingi hutan pinus dan cemara.
Bagi sebagian kalangan, kesamaan nama 'batak' mungkin tidaklah begitu penting. Namun, menjadi penting jika kita tahu bahwa Kota Batak di Bulgaria pernah menjadi sorotan dunia karena kasus pembantaian yang terjadi 22 April 1876.
Memberontak dari pemerintahan Ottoman, sedikitnya 5.000 Batak saat itu dibantai oleh militer di bawah komando Kesultanan Turki tersebut. Satu-satunya benteng terakhir orang Batak Bulgaria adalah Gereja Sveta Nedelya.

Namun, dalam peperangan yang berlangsung 5 hari tersebut, desa-desa dibakar dan tinggal bersisa debu. Berita tentang kekejaman pasukan Ottoman ini akhirnya tersebar ke dunia internasional. Sebagian besar berkat laporan Januarius MacGahan, jurnalis London Daily News.
Kemarahan publik atas kekejaman Turki itu menciptakan dukungan kepada Rusia untuk memerangi Turki. Pada 20 Januari 1878, orang Batak yang selamat dari pembantaian Tukri akhirnya bertemu dengan pasukan Rusia yang menyelamatkan mereka.
Sebuah tempat suci di Batak, Bulgaria/wikimedia.org
Menurut banyak sumber, 5.000 korban tewas itu ternyata cuma di Kota Batak saja. Sementara, jumlah total korban dalam pemberontakan April sekitar 15.000 orang.
Jumlah itu dibenarkan oleh laporan Eugene Schuyler dalam Daily News, yang menyebutkan 15.000 orang dari 36 desa di 3 distrik dibunuh dalam Pemberontakan April.

Seorang Komisioner dari Inggris, Baring, menggambarkan pembantaian di Kota Batak "mungkin sebagai kejahatan paling keji yang telah menodai sejarah abad ini." Hal ini dilaporkan Baring ke Komisi Turki. Namun setelah enam pekan penutupan komite, belum diputuskan apakah pembantaian orang Batak itu merupakan kriminal atau bukan.

Kisah pembantaian orang Batak di Bulgaria pada 1876 ini seakan mirip dengan pembantaian yang dilakukan Kaum Paderi kepada orang-orang Batak di Tapanuli pada 1803–1838.

Tapi jangan salah teman-teman menanggapi tentang adanya kota bernama BATAK di negara itu. Dulunya memang betul banyak orang batak yang tinggal disana, tapi mereka mati terbunuh akibat peperangan di ota itu.
Walaupun kota BATAK di Bulgaria sampai sekarang masih ada, tapi bukan berarti para penduduknya sama dengan orang BATAK di Indonesia (sumatera utara), Bukan, Mereka berbeda dengan kita.
Batak di indonesia memiliki MARGA(iidentitas diri orang batak asli), sedangkan orang yang tinggal di kota Batak Bulgaria tidak memiliki MARGA. Mereka sama saja dengan warga negara Eropa lainnya, identitas diri mereka bebas.

Semoga infonya bermanfaat. Terimakasih :)

Senin, 12 September 2016

Herman Delago musisi Austria yang jatuh cinta pada musik dan cewek BATAK

Herman Delago musisi Austria yang jatuh cinta pada musik dan cewek BATAK

Profil Herman Delago Manik


Nama                          : Hermann Delago Manik
Tempat/ tanggal lahir : Austria, 1957
FB Fan Page              : Facebook Herman Delago
Website                       : http://www.delago.at/
Youtube                        : http://www.youtube.com/user/hermanik
Band                            : Stadtmusik Landeck-Perjen, Stadtmusik-IMST
Album                          : Didge Goes World, Gado-Gado, Trancealpin, Salzwelten, Tobatak
 
Herman Delago menikah  dengan gadis Batak dan diberi marga Manik hingga sampai sekarang dia di panggil dengan Herman Delago Manik.


Perkenalannya pada Indonesia dan Musik Batak dimulai sejak 1995 ketika Ia menginjakkan kaki pertama kali di Bali sebagai turis. Saat itu Ia mendengar seorang bule lain menyanyikan lagu Butet dan langsung terkesan dengan melodinya.

kemudian Herman pun Memutuskan untuk mempelajari musik Batak langsung dari daerah asalnya setelah jatuh cinta pada pendengaran pertama. Pada 1997 akhirnya Herman pun menyambangi tanah Batak dan mempelajarinya disana. Dalam waktu singkat Ia mampu untuk menguasai musik Batak, padahal menurut pengakuannya Ia hanya mempelajarinya dari pengalaman bergaul dan bernyanyi di "kedai tuak" saja. Menurut dia Orang Batak sangat musikal sekali walaupun tidak mempelajarinya melalui pembelajaran dari sekolah musik

Pertemuan Herman dengan Vicky Sianipar secara tidak sengaja di sebuah warung kopi.  Mereka kemudian mengaransemen lagu Batak menjadi lebih hidup dan agar lebih popular dalam album TOBATAK. Album ini dipasarkan oleh label BSC Music Jerman. Pada Agustus 2011, Delago mengadakan konser dalam Project TOBATAK, kolaborasi antara Delago dan Vicky serta disuport beberapa artis dan musisi lainnya seperti Manu Delago, Korem Sihombing, Dewi Marpaung, Dany K (Austria).
   

Herman Delago adalah seorang Insrtumentalis dan kompesor yang terdiri dari alat Musik Gitar, Trumpet dan organ  di sebuah Universitas yang bernama Innsbruck. Universitas Innsbruck adalah universitas di Austria yang telah berdiri sejak tahun 1669. Universitas ini adalah pendidikan terbesar di negara bagian ini dan terbesar ketiga di Austria. Yang berada di Innrain 52, 6020 Innsbruck, Austria. 

    University of Innsbruck Universitas Leopoldino Franciscea, also called Alma Mater Oenipontana

                                                                In the main building of the University of Innsbruck

Sebagai Instrumentalis dan Kompesor  dia kemudian membuat album Digerido. Tak hanya disitu juga membentuk AUSTRIA TRIO dan Viller Spatzen ditambah beberapa kelompok Jazz ) 
 
Menurut musisi kenamaan Austria ini melodi batak sangat indah dan mirip musik barat, bahkan lebih berkarakter. Di Austria, Herman sering membawakan lagu-lagu Batak dalam konser disejumlah negara Eropa. Ia pun mempelajari lagu-lagu batak itu secara unik yakni dengan mendengarkan dan belajar dari anak batak yang sering nyanyi dikedai tuak.

Jadi, seharusnya kita bangga dong jadi orang batak, dan kita harus lebih mencintai asal usul budaya kita dan melestarikannya.
Bayangkan saja orang Barat begitu suka dengan kultul budaya kita nan unik, masa kita kalah sama mereka ??

#LOUD_OF_BATAK