Jika kalian memasukkan kata kunci 'batak' pada mesin pencari Google,
jangan heran jika kata itu tidak hanya merujuk pada jenis suku/etnis di
Indonesia. Tetapi juga pada sebuah kota di Bulgaria, negara di tenggara
Eropa.
Terletak di Provinsi Pazardzhik, bagian selatan Bulgaria, Kota Batak
memiliki penduduk sebanyak 3.498 jiwa pada 2009. Dalam Bahasa Indonesia,
warga negara Bulgaria yang tinggal di Kota Batak juga disebut orang
Batak (Батак).
Sama dengan kebanyakan suku Batak di Indonesia yang hidup di dataran
tinggi Tapanuli, orang Batak di Bulgaria juga hidup di lereng-lereng
Pegunungan Rhodope, dengan ketinggian 1.036 meter di atas permukaan air
laut.
Karena sama-sama 'orang Gunung', lingkungan orang Batak di dua negara ini banyak dikelilingi hutan pinus dan cemara.
Bagi sebagian kalangan, kesamaan nama 'batak' mungkin tidaklah begitu
penting. Namun, menjadi penting jika kita tahu bahwa Kota Batak di
Bulgaria pernah menjadi sorotan dunia karena kasus pembantaian yang
terjadi 22 April 1876.
Memberontak dari pemerintahan Ottoman, sedikitnya 5.000 Batak saat
itu dibantai oleh militer di bawah komando Kesultanan Turki tersebut.
Satu-satunya benteng terakhir orang Batak Bulgaria adalah Gereja Sveta
Nedelya.
Namun, dalam peperangan yang berlangsung 5 hari tersebut, desa-desa
dibakar dan tinggal bersisa debu. Berita tentang kekejaman pasukan
Ottoman ini akhirnya tersebar ke dunia internasional. Sebagian besar
berkat laporan Januarius MacGahan, jurnalis London Daily News.
Kemarahan publik atas kekejaman Turki itu menciptakan dukungan kepada
Rusia untuk memerangi Turki. Pada 20 Januari 1878, orang Batak yang
selamat dari pembantaian Tukri akhirnya bertemu dengan pasukan Rusia
yang menyelamatkan mereka.
Menurut banyak sumber, 5.000 korban tewas itu ternyata cuma di Kota
Batak saja. Sementara, jumlah total korban dalam pemberontakan April
sekitar 15.000 orang.
Jumlah itu dibenarkan oleh laporan Eugene Schuyler dalam Daily News,
yang menyebutkan 15.000 orang dari 36 desa di 3 distrik dibunuh dalam
Pemberontakan April.
Seorang Komisioner dari Inggris, Baring,
menggambarkan pembantaian di Kota Batak "mungkin sebagai kejahatan
paling keji yang telah menodai sejarah abad ini." Hal ini dilaporkan
Baring ke Komisi Turki. Namun setelah enam pekan penutupan komite, belum
diputuskan apakah pembantaian orang Batak itu merupakan kriminal atau
bukan.
Kisah pembantaian orang Batak di Bulgaria pada 1876 ini
seakan mirip dengan pembantaian yang dilakukan Kaum Paderi kepada
orang-orang Batak di Tapanuli pada 1803–1838.
Tapi jangan salah teman-teman menanggapi tentang adanya kota bernama BATAK di negara itu. Dulunya memang betul banyak orang batak yang tinggal disana, tapi mereka mati terbunuh akibat peperangan di ota itu.
Walaupun kota BATAK di Bulgaria sampai sekarang masih ada, tapi bukan berarti para penduduknya sama dengan orang BATAK di Indonesia (sumatera utara), Bukan, Mereka berbeda dengan kita.
Batak di indonesia memiliki MARGA(iidentitas diri orang batak asli), sedangkan orang yang tinggal di kota Batak Bulgaria tidak memiliki MARGA. Mereka sama saja dengan warga negara Eropa lainnya, identitas diri mereka bebas.
Semoga infonya bermanfaat. Terimakasih :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar